FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME
Oleh: Muhammad
Ramadhan Yusuf Djalil
(R&B)
(Ramadhan
& Brother Shoes)
Jln.
T. Iskandar No. 8 Ulee Kareng Banda Aceh
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, manusia memiliki rasionalitas berpikir untuk
memecahkan masalahnya maupun dalam upaya mewujudkan idealitas kehidupan yang
sesuai dengan pandangan hidupnya baik itu upaya yang ditempuh dalam bentuk
reaksi prektis, maupun yang diupayakan melalui proses pendidikan. Tujuan
pendidikan akan sama dengan gambaran manusia terbaik menurut orang tertentu dan
gambaran manusia terbaik bagi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan pandangan
hidupnya. Bila pandangan hidupnya suatu mazhab filsafat, maka manusia yang baik
akan mengacu dan sesusai dengan mazhab (aliran) filsafat yang dianutnya.
Begitu juga dengan pandangan (pemikiran) tentang pendidikan (termasuk tujuan
pendidikan) akan sangat tergantung pada filsafat yang dianutnya. Hal ini
berlaku juga bagi aliran filsafat esensialisme yang mempunyai pandangan yang
berbeda dengan pandangan progressivisme.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian
filsafat pendidikan esensialisme
b. Sejarah lahirnya ajaran esensialisme
c. Teori pendidikan esensialisme
d. Tokoh-tokoh esensialisme dan pandangannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Esensialisme
Esensialisme
adalah aliran filsafat pendidikan yang memandang bahwa pendidikan harus
didasarkan kepada nilai-nilai,
kebudayaan yang telah ada sejak peradaban umat manusia, yang mempunyai
kejelasan dan tahan lama sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
B. Sejarah Lahirnya Aliran Esensialisme
Esensialisme
muncul pada zaman Renaissans, sebagi bentuk reaksi atas pandangan
progressivisme yang memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas,
dimana terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak terikat dengan doktrin
tertentu.
Dalam hal ini esensialisme berpandangan bahwa pendidikan harus didasarkan pada
nilai-nilai, norama-norma, yang memiliki kejelasan dan tahan lama, karena menurut esensialisme pendidikan yang tidak
berpijak pada dasar diatas akan mudah goyah atau dengan kata lain bisa
dikatakan akan kurang terarah.
Dengan demikian Renaissans
adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikiran esensialisme. Aliran
esensialisme muncul sebagai reaksi terhadap pandangan progressivisme yang
materialistik, yang serba bebas.
C. Teori Pendidikan Esensialisme.
Esensialisme mengharapkan agar pendidikan dan landasan-landasannya mengacu
pada nilai-nilai yang esensial. Dalam
hal ini menurut esensialisme pendidikan harus mengacu pada nilai-nilai yang
sudah teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah berlaku secara
turun-temurun dari zaman ke zaman.
Adapun beberapa pandangan esensialisme yang berkaitan dengan pendidikan
yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan esensialisme
adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan
yang telah terakumulasi, serta telah bertahan sepanjang waktu untuk diketahui
oleh semua orang.
Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang tepat
untuk membentuk unsur-unsur pendidikan yang inti (esensial), pendidikan diarahkan
mencapai suatu tujuan yang mempunyai standart akademik yang tinggi, serta
pengembangan intelek atau kecerdasan.
2. Kurikulum
Menurut aliran esensialisme
kurikulum pendidikan lebih diarahkan pada fakta-fakta (nilai-nilai), kurikulum
pendidikan esensialisme berpusat pada mata pelajaran.
Dalam hal ini ditingkat sekolah dasar misalnya, kurikulum lebih ditekankan pada
beberapa kemampuan dasar, diantaranya yaitu kemampuan menulis, membaca dan
berhitung. Sementara itu dijenjang sekolah menengah penekanannya sudah lebih
diperluas, misalnya sudah mencakup sains, bahasa, sastra dan sebagainya.
Dalam hal ini menurut
pandangan esensialisme kurikulum yang diterapkan dalam sebuah proses belajar
menganjar lebih menekankan pada penguasaan berbagai fakta dan pengetahuan dasar
merupakan sesuatu yang sangat esensial bagi kelanjutan suatu proses
pembelajaran dan dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum.
Dengan kata lain penguasaan fakta dan konsep dasar disiplin yang esensial
merupakan suatu keharusan.
3. Metode pendidikan
Dalam pandangan esensialisme,
metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar lebih tergantung pada
inisiatif dan kreatifitas pengajar (guru), sehingga dalam hal ini sangat tergantung
pada penguasaan guru terhadap berbagai metode pendidikan dan juga kemampuan
guru dalam menyesuaikan antara berbagai pertimbangan dalam menerapkan suatu
metode sehingga bisa berjalan secara
efektif.
Pendidikan berpusat pada guru
(teacher centered), umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui
apa yang diinginkan dan mereka harus dipaksa belajar. Metode
utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas,
penguasaan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.
4. Pelajar
Dalam pandangan esensialisme sekolah bertanggung jawab untuk memberikan
pengajaran yang logis atau terpercaya kepada peserta didik, sekolah berwenang
untuk mengevaluasi belajar siswa.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa siswa adalah mahluk rasional dalam
kekuasaan (pengaruh) fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang diasah
melakukan latihan-latihan intelek atau berfikir, siswa kesekolah adalah untuk
belajar bukan untuk mengatur pelajaran sesuai dengan keinginannya. Dalam hal
ini sangat jelas dalam pandangan esensialisme bahwa pelajar harus diarahkan
sesuai dengan nilai-nilai yang sudah dakui dan tercantum dalam kurikulum, bukan
didasarkan pada keinginannya.
5. Pengajar
Menurut pandangan aliran filsafat
esensialisme, dalam proses belajar mengajar posisi guru adalah sebagai berikut:
a.
Peranan
guru kuat dalam mempengaruhi dan menguasai kegiatan-kegiatan di kelas.
b.
Guru
berperan sebagai sebuah contoh dalam pengawasan nilai-nilai dan penguasaan
pengetahuan atau gagasan yang hendak ditanamkan kepada peserta didik.
Dengan kata lain dalam pandangan esensialisme dalam proses belajar
menganjar pengajar (guru) mempunyai peranan yang sangat dominan dibanding
dengan peran siswa, hal ini tidak terlepas dari pandangan mereka tentang
kurikulum dan juga tentang siswa dimana siswa harus diarahkan sesuai dengan
kurikulum yang sesuai dengan nilai-nilai yang sudah teruji dan tahan lama,
sehingga guru mempunyai peranan yang begitu dominan dalam jalannya proses
belajar menganjar.
D. Tokoh-Tokoh Esensliasme dan Pandangannya
Esensialime dalam melakukan
gerakan pendidikan didasari pada pandangan humanisme yang secara mendasar bisa
dikatakan merupakan reaksi atas pemikiran progessivisme yang cenderung
mempunyai pandangan hidup yang materialistik, yang tidak terikat dengan
nilai-nilai yang sudah diayakini dan teruji.
Adapun beberapa tokoh yang
berperan dalam penyebaran pandangan pendidikan esensialisme yaitu sebagai
berikut:
1. Johann Amos Comenius (1592-1670). Yang mengemukakan bahwa salah satu peranan
utama pendidikan adalah membentuk manusia yang ideal yaitu yang sesuai dengan
keinginan dan kehendak Tuhan. Hal ini dikarenakan menurutnya pada dasarnya
dunia adalah dinamis dan bertujuan. Atau bisa dikatakan Johann Amos comenius
adalah orang yang mempunyai pandangan yang dogmatis dan idealis yang
bertentangan dengan pandangan progressif.
2. Johan Friederich Herbert (1776-1841) mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
upaya untuk mewujudkan kserasian (kesinergian) jiwa seseorang dengan
kebijaksanaan Tuhan atau dengan kata lain adanya penyesuaian dengan hukum
kesusilaan. Pengajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu
mewujudkan manusia yang ideal yang sesuai dengan hukum-hukum kesusilaan dan
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh Tuhan.
3. William T. Harris (1835-1909). Tugas pendidikan menurutnya yaitu
menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang pasti dan didasarkan
pada kesatuan spiritual. Menurutnya sekolah merupakan lembaga yang bertugas
untuk memelihara nilai-nilai yang turun menurun dan menjadi penuntun
penyesuaian diri pada realitas masyarak.
4. Desiderius
Erasmus (abad 15-16). Dia berpandangan bahwa kurikulum disekolah harus
bersifat humanistis serta bersifat internasional sehingga bisa menyentuh semua
lapisan masyarakat termasuk kaum aristokrat maupun kaum menengah.
5. John
Locke (1632-1704), berpandangan bahwa pendidikan idealnya selalu dekat
dengan realitas kehidupan, bahkan sebagai perwujudan dari gagasannya tersebut
John Locke mempunya sekolah kerja yang diperuntukkan bagi golongan anak-anak
kurang mampu (miskin).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Aliran esensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang memandang bahwa
pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai yang mempunyai kejelasan dan
tahan lama sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
Esensialisme muncul pada zaman
Renaissans, dan Renaissans adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep
pikiran esensialisme Adapun beberapa pandangan esensialisme yang berkaitan
dengan pendidikan yaitu sebagai berikut:
Tujuan pendidikan esensialisme
adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan
yang telah terakumulasi, dan bertahan sepanjang waktu untuk diketahui oleh
semua orang. Menurut aliran esensialisme kurikulum pendidikan lebih diarahkan
pada fakta-fakta (nilai-nilai), metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar lebih tergantung pada inisiatif pengajar (guru).
Dalam pandangan esensialisme
sekolah bertanggung jawab untuk memberikan pengajaran yang logis atau
terpercaya, sekolah berkuasa untuk mengevaluasi dan juga menuntut hasil belajar
siswa. Dalam proses belajar menganjar pengajar mempunyai peranan yang sangat
dominan dibanding dengan peran siswa
Adapun beberapa tokoh yang
berperan dalam penyebaran pandangan pendidikan esensialisme yaitu sebagai
berikut Johann Amos Comenius (1592-1670) Johan Friederich Herbert (1776-1841)
William T. Harris (1835-1909) Desiderius Erasmus (abad 15-16) dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata,
filsafat pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006.
Amsal Amri, Studi Filsafat Pendidikan, Banda Aceh: Yayasan Pena, 2009
Fadliyanur. Aliran
Esensialisme. http://www.blogspot.com
Jalaluddin Abdullah. Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya
Media Pratama, 1997.
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung:
Aggota IKAPI, 2007
Zuhairini, dkk, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 2004.