TEORI PERKEMBANGAN
Oleh: Muhammad
Ramadhan Yusuf Djalil
(R&B)
(Ramadhan
& Brother Shoes)
Jln.
T. Iskandar No. 8 Ulee Kareng Banda Aceh
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam lingkup paling
kecil, terutama dalam konteks kelas, psikologi belajar atau psikologi
pembelajaran banyak memusatkan perhatiannya pada psikologi dan pembelajaran. Inti
pembahasannya adalah berkenaan dengan aspek-aspek psikologis dalam aktivitas
pembelajaran, sehingga dapat diciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif.
Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan mewujudkan prilaku mengajar yang efektif
pada guru, dan mewujudkan prilaku belajar pada siswa yang terkait dengan proses
pembelajaran. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa psikologi belajar mempunyai
peranan besar dalam proses pembelajaran khususnya bagi kita sebagai calon guru.
Maka, dalam makalah inipun mengangkat masalah psikologi belajar dan mencoba
mengembangkan materi dari hubungan perkembangan terhadap proses belajar,
sehingga dengan adanya pemahaman terhadap proses perkembangan dan hal-hal yang
berkaitan dengan proses tersebut guru bisa menjalankan proses belajar menganjar
dengan cara yang lebih efektif.
B. RUMUSAN
MASALAH
Memperhatikan
realita yang berkembang saat ini mengenai psikologi belajar khususnya materi
yang ada hubungannya antara perkembangan dan belajar seperti yang telah
diuraikan diatas perlu adanya pemahaman tentang hubungan perkembangan dengan
belajar itu sendiri yang dirumuskan sebagai berikut :
- Menjelaskan
pengertian dari belajar dan perkembangan.
- Menguraikan
teori-teori perkembangan, hukum-hukum (prinsip-prinsip) perkembangan, tahap-tahap
perkembangan pribadi manusia, fase dan ciri perkembangan dan tugas-tugas
perkembangan
- Menjelaskan
hubungan antara perkembangan dengan belajar.
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Tujuan dari
pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui definisi dari belajar dan perkembangan itu sendiri.
2.
Untuk mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
perkembangan seperti, teori
perkembangan, hukum-hukum perkembangan, tahap perkembangan, fase perkembangan
dan ciri perkembangan.
3.
Untuk mengetahui hubungan antara belajar dengan perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
BELAJAR DAN PERKEMBANGAN
Para pakar
mempunyai pandangan yang beragam dalam mendefinisikan “Belajar” diantaranya
yaitu sebagaimana yang diungkapkan oleh Abin Syamsuddin Makmun dalam bukunya
yang berjudul PSIKOLOGI KEPENDIDIKAN, yang dimaksud dengan belajar
adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktik dan pengalaman tertentu.
Sedang Ernest R. Hilgard dalam B. Simandjuntak dan IL. Pasaribu mengemukakan
“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan karena reaksi terhadap
lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan
oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau
disebabkan obatobatan”.
Jadi secara umum
kata belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan perilaku atau
kecakapan manusia berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu beriteraksi dengan
lingkungannya.
Dalam realitas
kehidupan kita senantiasa melihat sesuatu yang ada disekitar kita berubah, baik
itu yang berubah secara kualitas maupun perubahan yang terjadi secara
kuantitas, semua berubah, tidak ada satupun yang abadi kecuali perubahan itu
sendiri yang abadi, hal ini juga berlaku bagi kehidupan manusia. Perkembangan
adalah perubahan-perubahan yang dialami individu (organisme) menuju tahap
(arah) kedewasaan atau ke arah kematangan (maturation), yang berlangsung secara
sistematis, progressif dan kontiniu baik yang berupa perkembangan fisik (biologis)
maupun perkembangan psikis (psikologis) atau yang disebut dengan jasmaniah dan
rohaniah.
Sementara perubahan dalam hal ini bisa
diartikan dengan perkembangan dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,
melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materil, melainkan
pada segi fungsional. Dari uraian ini perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi. Perubahan
sesuatu fungsi dikarenakan oleh adanya suatu proses pertumbuhan materiil yang
memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu, disebabkan oleh adanya
perubahan tingkah laku hasil belajar.
Menurut aliran Asosiasi
perkembangan dapat diartikan dengan proses asosiasi.
Menurut aliran ini yang pokok (primer) adalah bagian-bagian, yang lebih dulu
ada, sedangkan keseluruhan lahir dari proses asosiasi (pengkaitan) yang terjadi
kemudian, misalnya pengertian tentang bel, yang pada mula-mula anak-anak hanya
mendengar suaranya (bagian), kemuadian dikesempatan lain anak-anak akan
mengertibagaimana bentuknya (setelah meraba dan melihat) yang juga merupakan
bagian yang kemudia diasosiasikan menjadi sebuah pengetian bel yang sempurna
secara keseluruhan.
Sementara itu
menurut Psikologi gestalt perkembangan adalah proses diferensisasi.
Menurut pandangan gestalt yang primer (pokok) adalah keseluruhan, misalnya kita
melihat mobil dari kejauhan, maka yang kita tangkap adalah pengetian (mobil)
secara keseluruhan, kemudian baru kita melihat bagaimana bentuk bannya yang
bagus, warnanya yang mengkilap (bagian), dan juga baru mendengar suaranya
(bagaian) dan lain-lain. Sehingga menurut gestalt pengertian secara keseluruhan
lebih dualuan ada daripada bagian-bagiannya.
Selain itu menurut
aliran sosiologis, perkembangan yaitu proses sosialisasi.
Misalnya seorang anak yang pada mulanya tidak memahami keadaan sekitarnya
(sosial) kemudian setelah berinteraksi (menjalani proses sosialisasi) dengan
setiap sesuatu yang ada disekitarnya akan memberikan pengertian dan pemahaman
tentang gejala-gejala sosial dan segala sesuatu yang ada dilingkungan
sosialnya, proses itulah yang disebut dengan perkembangan.
Secara psikologis
perkembangan itu akan terus berlangsung sepanjang kehidupan setiap individu dan
berjalan dengan cara bertahap hingga mencapai suatu tingkat dimana setiap
pribadi menjadi lebih sempurna dari sebelumnya yang bermuara pada suatu keadaan
dimana manusia telah mampu mengatualisasi diri (self –actualization).
B. TEORI-TEORI
PERKEMBANGAN
Secara umum dalam
pembahasan psikologi pendidikan kita dapat menemukan beberapa teori
perkembangan yaitu sebagai berikut:
a. Teori Nativisme
Nativisme dari
perkataan nativis yang berarti pembawaan, dalam hal ini yang paling berpengaruh
terhadap perkembangan adalah bawaan (keturunan).
b. Teori Empirisme
Menurut teori ini
manusia tidak memiliki pembawaan hidupnya sejak lahir sampai dewasa semata-mata
ditentukan oleh faktor dari luar atau faktor lingkungan hidup dan pendidikan.
c. Teori Naturalisme
Teori ini dikemukakan oleh Rosseau yang
menurutnya manusia itu pada dasarnya baik, ia menjadi jahat dan buruk karena
pengaruh kebudayaan.
d. Teori Rekapitulasi
Teori rekapitulasi
mengatakan bahwa perkembangan individu merupakan ulangan perkembangan jenisnya.
e. Teori Konvergensi
Teori ini
berpendapat bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya
dipengaruhi oleh bakat/pembawaan dan
lingkungan, atau oleh dasar dan alam.
C. HUKUM-HUKUM
(PRINSIP-PRINSIP) PERKEMBANGAN
Perkembangan tidak
dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Normalnya pertumbuhan sesuatu materi
jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan perubahan fungsi pada materi
jasmaniah itu. Perubahan fungsi jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas
fungsi itu. Kematangan fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan
pada fungsi-fungsi kejiwaan.
Adapun hukum-hukum
(prinsip-prinsip) dalam perkembangan, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh
Syamsu Yusuf dalam karyanya Psikologi Perkembangan, antara lain yaitu
sebagai berikut:
1. Perkembangan
merupakan proses yang berlangsung secara kontiniu (never ending process)
Perkembangan
organisme (individu berlangsung secara terus-menerus dan dipengaruhi oleh
pengalaman atau belajar yang berlangsung sepanjang hidupnya, dari masa konsepsi
sampai mencapai kematangan (tua).
2. Semua aspek perkembangan saling
mempengaruhi.
Selama berlangsungnya proses perkembangan semua
aspek perkembangan saling mempengaruhi, baik itu aspek fisik, emosi, social,
maupun inteligensi. Apabila suatu individu dalam berlangsungnya proses
perkembangan mengalami gangguan pada suatu aspek, aspek fisik misalnya, maka
akan membawea pengaruh pada perkembangan aspek lainnya, baik itu pada aspek
intelgensi, maupun pada faktor emosi, yang satu sama lainnya saling berkaitan.
3. Perkembangan itu
mengikuti pola atau arah tertentu.
Perkembangan
setiap individu berjalan secara teratur sesuai dengan pola dan arah tertentu,
setiap tahap perkembangan merupakan lanjutan dari tahapan perkembangan tahap
sebelumnya. Dalam hal ini bisa dicontohkan pada proses perkembangan seorang
anak dimana sebelum bisa berlari, maka anak tersebut terlebih dahulu bisa duduk
dan kemuadian berdiri, baru kemudian bisa berjalan dan terus berlalri, nah
masing-masing tahapan tersebut berjalan secara berkesinambungan dan teratur.
4. Masing-Masing
Individu Mempunyai Tempo Perkembangan Yang Berbeda-Beda
Dalam keadaaan
normal, perkembangan seseorang berlangsung dalam tempo tertentu yang tidak
mesti sama bila dibandingkan dengan tempo perkembangan orang lain.
5. Dalam
Keseluruhan Periode Perkembangan, Setiap Spesies Perkembangan Individu Memiliki
Pola Umum Yang Sama.
Setiap individu
berkembang dengan mengikuti pola umum yang sama, karena masing-masing individu
memiliki materiil serta funggs-fungsi yang sama untuk bertumbuh. Perubahan
sifat-sifat “genes” terjadi secara kesinambungan dan teratur, meskipun terdapat
pengaruh lingkungan yang menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan, namun pola
umum perkembangan tetap sama.
6. Perkembangan
dipengaruhi Oleh Hereditas dan Lingkungan
Faktor hereditas
dan lingkungan sama-sama penting bagi perkembangan individu. Hereditas
merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perekmbangan individu,
hereditas nenumbuhkan fungsi-fungsi dan kapasitas. Sedangkan lingkunagan yaitu
segala peristiwa, situasi atau kondisi yang berada diluar organisme yang
mempengaruhi perkembangan organisme itu sendiri,
dalam hal ini pendidikan dan lingkungan mengembangkan fungsi-fungsi dan
kapasitas itu. Baik stimuli hereditas, maupun stimulasi lingkungan berinteraksi
saling mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan.
7. Perkembangan
Yang Lambat Dapat Dipercepat
Perkembangan
seseorang dikatakan terlambat apabila pribadinya tidak berkembang sesuai dengan
pola perkembangan sendiri yang normal. Kelambatan perkembangan ini dapat
dipercepat melalui kepemimpinan pengajaran
yang didaktis.
8. Perkembangan Meliputi Proses Individual dan
Integrasi
Meskipun pola tingkah laku individu pada
mulanya bersifat umum, namun dengan majunya pertumbuhan terjadilah perkembangan
masingmasing fungsi yang tidak bersamaan.
D. FASE DAN
CIRI PERKEMBANGAN
Fase perkembangan
manusia tidak terlepas dari proses pertumbuhan manusia itu sendiri akan tetapi
fase perkembangan pada diri manusia berbeda dari makhluk-makluk lainnya
mempunyai fromi yang khusus. Ia mempunyai fungsi mengikat dan ia memiliki
fungsi realisasi diri (dinamakan entelecbt) yang menyebabkan manusia bisa
berkembang ke arah bisa dikehendakinya sendiri.
Menurut pandangan
psikologi islam prosesi (tahapan) perkembangan manusia itu secara garis beasar
dapat diklasifikasikan menjadi tiga alam (tahapan) secara umum yaitu alam
perjanjian, alam dunia dan akhirnya alam akhirat.
1.
Alam perjanjian.
Yaitu alam pra kehidupan dunia yang juga
disebut dengan periode pra-konsepsi, pada alam ini stuktur bilogis manusia
belum terwujud tetapi hanya merupakan alam ruh yang menjadi cikal-bakal
kehidupan di alam selanjutnya, prosesi yang terjadi dalam periode ini adalah
sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam Al-Quran surat al-A’raf ayat 72
yang menjelaskan tentang bagaimana prosesi perjanjian yang terjadi antara roh
manusia dengan Allah.
Untuk merealisasi
tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah dimuka bumi yang berkewajiban untuk
beribadah dan tunduk kepada Allah, agama islam sangat memandang perlu adanya
(perhatian) terhadap tugas-tugas perkembangan pada periode ini yang harus
diperankan oleh orang tua (calon) anak, yang secara umum yaitu sebagai berikut:
a.
Mencari pasangan hidup yang shalih.
b.
Dianjurkan segera menikah setelah cukup umur (telah mampu secara lahir
batin), hal ini bertujuan agar generasi muda islam tidak terjebak pada
perbuatan zina dan memproteksi generasi muda islam agar tidak hamil diluar
nikah yang akan memberikan dampak yang negatif pada anak yang dilahirkan kelak
yang digadang-gadang jadi generasi penerus ummat.
c.
Membangun keluarga yang sakinah, yang dapat terwujud atas dasar jalinan cinta
kasih dengan landasan iman dan taqwa.
d.
Senantiasa berdoa kepada Allah agar dikaruniai keturunan yang shalih
(zurriyyatun thayyibah).
2.
Alam dunia
Yaitu alam dimana
manusia telah beralih dari alam perjanjian yang melalui dua tahapan (periode)
secara garis besar yaitu:
a.
Alam kandungan (periode sebelum lahir)
Dalam periode ini
prosesi yang paling menonjol adalah proses pertumbuhan manusia secara biologis,
berkaitan dengan tahapan perkembangan manusia pada periode ini telah dijelaskan
dalam Al-Quran.
b.
Alam Dunia (periode setelah lahir)
Dalam periode ini
perkembangan yang terjadi pada setiap individu tidak hanya pada pertumbuhan
secara biologis (fisik) tapi juga mengalami perkembangan secara psikologis
(psikis), periode ini merupakan fase yang paling fundamental bagi perkembangan
individu di tahapan selanjutnya.
Secara lebih rinci
perkembangan ditinnjau dari perspektif perkembangan biologis, maka periodisasi
perkembangan manusia secara garis besar bisa diklasifikasikan menjadi tiga
tahapan yaitu:
a.
Fase At-Thifli (masa kanak-kanak)
Pada fase ini
kondisi anak dapat dikatakan masih sangat lemah, fase ini dimulai dari anak
dilahirkan samapai berusia tujuh tahun. Fase ini juga diidentikkan dengan fase
usia sekolah dan masa remaja.
b.
Fase Baligh (Masa Dewasa)
Pada fase ini usia
anak telah mulai beranjak dewasa dan secara umum kondisi fisik pada Fase ini
telah mencapai kematangan (kuat), pada fase ini setiap individu juga mulai
memepunyai kesadaran penuh terhadap dirinya, serta pada fase ini anak telah
bisa melakukan segala sesuatu atas kesadaran dan keinginannya sehingga dia juga
telah dibebankan dengan tanggung jawab atas apa yang dilakukannya (taklif) baik
dalam konteks sosial maupun dalam permasalahan keagamaan. Bahklan Al-Ghazali
mengistilahkanna dengan fase ’aqil baligh yang mana individu telah
mempunyai pemikiran (aql) yang matang yang bisa mengendalikan dirinya yang
sesuai dengan segala keinginannya, dan juga ia telah mampu dan sadar akan mana
yang benar dan juga mana yang salah.
c.
Fase Syaikh (Masa Lansia)
Masa lansia yaitu
fase dimana kondisi badan telah mulai kembali menurun, secara fisik fase ini
bisa diidentifikasikan dengan terjadinya perobahan yang bisa terlihat secara
nyata pada fisik seseorang, misalnya rambutnya mulai beruban, gigi mulai
berguguran, dan juga berbagai gejal-gejala ketuaan lainnya.
Berkaitan dengan hal ini Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Quran surat Ar-Rum
ayat: 54 yang artinya yaitu sebagai berikut: “Allah, Dialah yang telah
menjadikan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadi kuat, kemudian dia
menjadikan kamu sesudah (kuat) itu lemah kembali dan beruban...’’.
3.
Alam akhirat
Periode alam
akhirat ini juga disebut dengan periode setelah mati, fase ini di awali dengan
pencabutan nyawa, pada sa’at itulah yang disebut dengan naz’a yaitu perpisahan
antara ruh dengan jasad, fase inilah titik penghabisan perjalanan hidup manusia
didunia.
Setiap manusia yang hidup pasti akan melewati fase ini, setelah fase ini
manusia tidak lagi mengalami perkembangan, bagi kaum muslim fase ini merupakan
awal dari kebahagiaan yang hakiki jika dia merupakan seorang yang mempunyai
bekal yang cukup selama hidup didunia.
Sementara itu
sebaliknya akan menjadi awal dari fase yang paling nestapa dan menyakitkan bagi
orang-orang yang amalannya tidak cukup untuk menyelamatkannya dari azab Allah
yang sangat pedih. Yang merupakan periode pembalasan dari segala amalan yang
dilakukan selama diperiode dunia.
Sementara itu para
paka psikologi umum juga mempunyai pandangan yang tidak seragam dalam hal
membagikan fase-fase perkembangan tersebuat, misalanya perkembangan menurut Charlote Buhler terbagi
kepada beberapa bagian sebagai berikut :
1. Fase 0-1 tahun : Masa-masa menghayati obyek-obyek di luar diri sendiri, dan
saat melatih fungsi-fungsi terutama melatih fungsi motorik: yaitu fungsi-fungsi
yang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan.
2. Fase 2-4 tahun : Masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri
disertai penghayatan subyektif.
3. Fase 5-8 tahun : Masuk pada sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai
memasuki masyarakat luas (misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan
kawan-kawan sepermaian dan sekolah rendah).
4. Fase 9-11 tahun : Masa sekolah rendah. Pada
periode ini anak mencapai obyektifitas tertinggi.
5. Fase 14-19 tahun :
Masa tercapainya sintesa antar sikap ke dala batin sendiri dengan sikap ke luar
kepada dunia obyektif.
Dari beberapa fase perkembangan yang
dikemukakan oleh Charlote Buhler di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
bukanlah suatu perkembangan yang terjadi secara berangsur-angsur yang lepas
satu sama lain tetapi rentetan yang tidak putus-putusnya dari pada struktur
yang makin sempurna.
E. TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGAN
Secara bertahap dan terperinci tugas dan fase
perkembangan yang terjadi pada diri manusia adalah sebagai berikut :
1. Tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kana. (0-6 tahun).
a. Belajar memakan
makanan padat (keras).
Hal ini terjadi
sa’at sistem alat-alat pencernaan telah matang, dan biasanya berlangsung pada
tahun ke-dua.
b. Belajar berdiri
dan berjalan.
Perkembangan ini terjadi pada sa’at otot
dan susunan syarafnya telah matang, biasanya berlangsung antara usia 9 samapai
15 bulan.
c. Belajar
berbicara.
Hal ini terjadi
pada sa’at otot-otot dan syaraf dari alat-alat berbicara telah mulai matang,
biasa gejala ini teridentifikasi dengan mengeluarkan suara yang berarti dan
menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan perantaraan suara.
d. Belajar
mengendalikan buang air kecil dan air besar.
Biasanya sebelum
berusia 4 tahun anak-anak belum bisa mengontrol kebiasaan buang air kecil
maupun air besar, hal ini dikarenakan syaraf yang berfungsi untuk mengontrol
hal tersebut belum bekerja secara sempurna, untuk melatih kerja saraf tersebut
bisa dilakukan dengan pembiasaan, terutama dengan mengadaptasikan dengan tempat
terlebih dahulu.
e. Belajar
membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini terjadi
melalui observasi terhadap jenis pakaian, tingkah laku, bentuk fisik dan
hal-hal lainnya yang menunjukkan kepada diferensiasi jenis kelamin.
2. Tugas perkembangan fase anak-anak (6-12 tahun)
a. Belajar
keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
b. Membina sikap
yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang
sedang berkembang.
c. Belajar bergaul
dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di
masyarakatnya.
d. Belajar
memainkan peran sebagai seorang pria maupun wanita.
e. Mengembangkan
dasar-dasar keterampilan membaca, menulis dan berhitung.
f. Mengembangkan
konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan
kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan
yang berlaku di masyarakatnya.
3.Tugas perkembangan fase remaja (13-21 tahun)
a. Mencapai pola
hubungan baru yang lebih matang dengan teman lawan jenis.
b. Mencaai peranan
sosial yang selaras dengan tuntutan kultural dan sosial masyarakatnya.
c. Menerima kesatuan organ-organ tubuh sesuai
dengan kodartnya masing-masing.
d. Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku
sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah tengah masyarakatnya.
e. Mencapai
kebebasan emosional dari orang tua.
f. Mempersiapkan
diri untuk mencapai karier.
4.Tugas perkembangan fase dewasa (22-40 tahun)
a. Mulai bekerja
mencari nafkah.
b. Memilih pasangan hidup.
c. Mulai memasuki kehidupan rumah tangga.
d. Belajar hidup
bersama pasangan dalam rumah tangga.dan kelurganya.
e. Mengelola tempa
tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarganya.
f. Membesarkan
anak-anak dengan menyediakan pangan, sandang dan papan yang cukup dan
memberikan pendidikan yang memadai.
g. Menemukan
kelompok sosial yang cocok dan menyenangkan.
5.Tugas perkembangan fase setengah baya (41-60 tahun)
a. Mencapai
tanggung jawab sosial dan kewaragnegaraan secara lebih dewasa.
b.Mengembangkan
aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaikbaiknya dengan orang-orang dewasa
lainnya.
c.Menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada
masa setengah baya.
d.Menghubungkan
diri sedemiian rupa dengan pasangannya sebagai seorang pribadi yang utuh.
6. Tugas perkembangan fase usia tua (60 tahun keatas)
a. Menyesuaikan diri
dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya.
b. Menyesuaikan
diri dengan keadaan pensiun dan berkurangnya penghasilan.
c. Menyesuaikan
diri dengan kematian pasangannya.
d. Membina hubungan yang tegas (afiliasi
eksplisit) dengan para anggota kelompok seusianya.
e. Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa
agar memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya.
Dari uraian tentang tugas-tugas perkembangan
yang terjadi pada masing-masing fase kita bisa melihat bagaimana bahwa
perkembangan setiap individu itu terjadi secara bertahap dan juga terjadi
secara berkesinambungan yang mana perkembangan masing-masing tahapan merupakan
lanjutan dari perkembangan yang terjadi pada fase sebelumnya, begitu juga
dengan tugas masing-masing fase sehingga terciptalah perkembangan yang mencapai
kesempurnaan dari tahap ke tahap.
F. HUBUNGAN
PERKEMBANGAN DENGAN BELAJAR
Dalam proses
belajar mengajar ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan
masukan dari lingkungan. Selain itu mempelajari perkembangan manusia diperlukan
adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya pematangan fungsi
kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat. Karena ketiga hal berkaitan
erat dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia.
Hubungan perkembangan
dengan belajar lebih dominan pada Psiko-Fisik. Pada bagian ini akan lebih
difokuskan pada proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan
langsung dengan kegiatan belajar. Proses-proses perkembangan tersebut meliputi:
1. Perkembangan
motor (fisik)
Terdapat empat
macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak
yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya.
Keempat faktor itu sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan
perkembangan sistem syaraf
Pertumbuhan dan
perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan
menimbulkan pola tingkah laku yang baru. Semakin baik perkembangan kemampuan
sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan beragam pula pola-pola tingkah
laku yang dimilikinya. Akan tetapi organ sitem syaraf ini lain dari yang lain,
karena apabila rusak tidak dapat diganti atau tumbuh lagi.
b. Pertumbuhan
otot-otot
Otot merupakan
jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit
atau kesatuan sel yang memiliki daya. Diantara fungsi-fungsi pokoknya adalah
sebagai pengikat organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang
mendistribusikan sari makanan. Peningkatan tegangan otot anak dapat menimbulkan
perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya.
c. Perkembangan
dan pertumbuhan fungsi kelenjar endoktrin
Kelenjar adalah
alat tubuh yang mengahasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat.
Perubahan fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya
pola sikap dan tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan
ini dapat berupa seringnya bekerja sama dalam belajar atau beolah raga,
perubahan pola perilaku yang bermaksud menarik perhatian lawan jenis,
berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain
d. Perubahan
struktur jasmani
Semakin meningkat
usia anak maka akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan bobot serta
proporsi tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Pengaruh
perubahan fisik seorang siswa juga tampak pada sikap dan perilakunya terhadap
orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self-concept)
siswatersebut.
2. Perkembangan
kognitif siswa
Menurut Jean
Piaget, perkembangan kognitif anak terdirir dari empat tahapan, diantaranya :
Tahap ini terjadi
antara usia 0-2 tahun. Intelegensi sensory motor dipandang sebagai intelegensi
praktis. Anak pada usia ini belajar bagaimana mengikut dunia kebendaaan secara
praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang
mereka perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut.
b. Tahap pre-oprational
Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada
tahapan ini anaksudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya yang harus ada dan
biasanya ada, walaupun benda tersebut sudah ditinggalkan, sudah tidak dilihat
atau sudah tidak pernah diengar lagi. Selain itu seorang anak mulai mampu
menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat
pendek tetapi efektif.
c. Tahap concrete-operational
Tahapan ini terjadi pada usia 7-11 tahun. Dalam
tahapan ini seorang anak memperoleh kemampuan yang disebut system of
operations (satuan langkah berpikir). Selain itu anak memiliki kemampuan konservsi
(kemampuan dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume), penambahan
golongan benda (kemampuan dalam memahami cara mengkombinasikan benda-benda
yang memiliki kelas rendah dengan kelas atasnya lagi).
d. Tahap formal-operational
Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun. Pada tahap
ini seorang remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak
maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas menggunakan hipotesis
dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kemampuan hipotesis,
remaja mampu berpikir khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan
anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan
memiliki kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu mempelajari materi
pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika.
3. Perkembangan
sosial dan moral siswa
Perkembangan ini
merupakan perkembangan kepribadian siswa selaku anggota masyarakat dalam
berhubungan dengan orang lain. Proses perkembangan ini berkaitan juga dengan
proses belajar. Sehingga konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial
siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial)
siswa disekolah dan keluarga maupun lingkungan yang lebih luas lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses perubahan perilaku atau kecakapan manusia
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka lebih mampu beriteraksi dengan
lingkungannya.perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada individu yang
berlangsung secara kualitatif, secara psikologis perkembangan itu akan terus
berlangsung sepanjang kehidupan setiap individu dan berjalan dengan cara
bertahap hingga mencapai suatu tingkat dimana setiap pribadi menjadi lebih
sempurna dari sebelumnya yang bermuara pada suatu keadaan dimana manusia telah
mampu mengaktualisasi diri.
Secara umum dalam pembahasan psikologi
pendidikan kita dapat menemukan beberapa teori perkembangan yaitu: teori
nativisme, teori empirisme, teori naturalisme, teori rekapitulasi, teori
konvergensi
Adapun hukum-hukum
(prinsip-prinsip) dalam perkembangan antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan
merupakan proses yang berlangsung secara kontiniu (never ending process)
2. Semua aspek perkembangan
saling mempengaruhi.
3. Perkembangan
itu mengikuti pola atau arah tertentu.
Menurut pandangan
psikologi islam prosesi (tahapan) perkembangan manusia itu secara garis beasar
dapat diklasifikasikan menjadi tiga alam (tahapan) secara umum yaitu alam
perjanjian, alam dunia dan akhirnya alam akhirat. Tugas-tugas perkembangan yang
terjadi pada masing-masing fase kita bisa melihat bagaimana bahwa perkembangan
setiap individu itu terjadi secara bertahap dan juga terjadi secara
berkesinambungan yang mana perkembangan masing-masing tahapan merupakan
lanjutan dari perkembangan yang terjadi pada fase sebelumnya, begitu juga
dengan tugas masing-masing fase sehingga terciptalah perkembangan yang mencapai
kesempurnaan dari tahap ke tahap. mempelajari perkembangan manusia diperlukan
adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya pematangan fungsi
kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Foot Note: