METODE KETELADANAN (USWAH) DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Muhammad
Ramadhan Yusuf Djalil
(R&B)
(Ramadhan
& Brother Shoes)
Jln.
T. Iskandar No. 8 Ulee Kareng Banda Aceh
Pendidikan Islam bertujuan untuk membina
dan membentuk perilaku atau akhlak peserta didik dengan cara meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, serta pengamalan peserta didik terhadap
ajaran Islam. Sehingga setelah menyelesaikan pendidikan peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan bernegara. Dengan kata lain tujuan
pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil yang mulia didunia dan akhirat,
sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Hujarat ayat 13:
(١٣ الحجرات: )…ان
اكرمكم عند الله اتقكم…
Artinya:
…sesungguhnya orang yang paling mulia disisi
Allah SWT adalah orang yang paling takwa diantara kamu… (
Q.S. Al-Hujarat:
13).
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, terdapat
berbagai faktor pendukung yang terlibat, atau terkait baik secara langsung,
maupun secara tidak langsung dalam proses pendidikan. Diantara faktor-faktor
tersebut yaitu guru, anak didik, metode, sarana dan prasarana,
kurikulum, media pendidikan, bahan pelajaran dan lain sebagainya, yang
masing-masing faktor tersebut mempunyai peranannya tersendiri. Metode adalah jalan
atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini bertkaitan dengan pendidikan metode
keteladanan adalah salah satu metode yang bisa diterapkan dalam proses belajar
mengajar. Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh oleh
seseorang dari oranng lain, namun keteladanan yang dimaksud disini adalah
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu
keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat-alqur'an.
Dalam berlangsungnya sebuah proses belajar
menganjar metode mempunyai peranan yang
sangat penting, bahkan terkadang kita mendengar sebuah ungkapan populer yang
menggambarkan betapa petingnya sebuah metode dalam keberlangsungan dan kesuksesan
proses belajar mengajar yaitu “metode jauh lebih penting dari materi”.
Berkaitan dengan kenyataan tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
dicanangkan guru harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang metode dengan
kata lain guru harus mampu memilih metode yang tepat yang sesuai dengan materi
yang akan diajarkan dan juga yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik.
Dalam proses belajar mengajar dikenal
berbagi metode yang dapat digunakan oleh pendidik agar pendidikan yang dia
jalankan dapat berlangsung secara efektif dan efisien, diantaranya yaitu metode
ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, metode keteladanan dan lain-lain. Dalam
tulisan singkat ini penulis akan membahas mengenai metode keteladanan meliputi
hakikat dari metode keteladanan, urgensi metode keteladanan dalam pendidikan
Islam, dan juga mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode keteladanan.
- Pengertian Metode Keteladanan
Secara terminologi kata “keteladanan”
berasal dari kata “teladan” yang artinya “perbuatan atau barang dan sebagainya
yang patut ditiru atau dicontoh”
.
Sementara itu dalam bahasa arab kata
keteladanaan berasal dari kata “uswah” dan “qudwah”.
Sementara itu secara etimologi pengertian keteladanan yang diberikan oleh
Al-Ashfahani, sebagaimana dikutip Armai Arief, bahwa menurut beliau “al-uswah”
dan “al-Iswah” sebagaimana kata “al-qudwah” dan “al-Qidwah”
berarti “suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah
dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan”. Senada dengan yang disebutkan di atas,
Armai Arief juga menutip pendapat dari seorang tokoh pendidikan islam lainnya yang
bernama Abi Al-Husain Ahmad Ibnu Al-Faris Ibn Zakaria yang termaktub dalam
karyanya yang berjudul Mu’jam Maqayis al-Lughah, beliau berpendapat bahwa
“uswah” berarti “qudwah” yang artinya ikutan, mengikuti yang
diikuti.
Dengan demikian keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat
ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukakan atau
mewujudkannya, sehingga orang yang di ikuti disebut dengan teladan. Namun
keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan
sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik. Sehingga dapat
didefinisikan bahwa metode keteladanan (uswah) adalah metode pendidikan yang diterapkan
dengan cara memberi contoh-contoh (teladan) yang baik yang berupa prilaku
nyata, khusunya ibadah dan akhlak.
Dalam Al-Quran kata teladan diibaratkan dengan kata-kata uswah yang
kemudian dilekatkan dengan kata hasanah, sehingga menjadi padanan kata uswatun
hasanah yang berarti teladan yang baik. Dalam Al-Quran kata uswah
juga selain dilekatkan kepada Rasulullah SAW juga sering kali dilekatkan kepada
Nabi Ibrahim a.s. Untuk mempertegas keteladanan Rasulullah SAW Al-Quran
selanjutnya menjelaskan akhlak Rasulullah SAW yang tersebar dalam berbagai ayat
dalam Al-Quran.
- Landasan
Teori Metode Keteladanan
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang
menjadikan Al-Quran dan Al-hadits (sunnah) sebagai sumber rujukan utamanya,
metode keteladanan juga didasarkan pada dua sumber utama tersebut. Dalam
Al-Quran kata-kata keteladanan yang diistilahkan dengan uswah, ahal ini
bisa dilihat dalam berbagai ayat yang terpencar-pencar, diantaranya yaitu
sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat: 31 yang artinya
sebagai berikut:
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah SAW
itu telah ada teladan (uswah) yang baik bagimu (yaitu)bagi orang-orang
yang mengharapkan (rahmat) Allah SWT dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang mengingat Allah SWT sebanyak-banyaknya.(Qs.
Al-Ahzab: 21).
Dalam ayat di atas jelas disebutkan
kata-kata Uswah yang dirangkaikan dengan hasanah yang berarti
teladan yang baik, yang patut diteladani dari seorang guru besar yang telah
memberikan pelajaran kepada ummatnya baik dalam beribadah (hablumminallah),
maupun dalam berinteraksi dengan sesama manusia (hablumminannas). Yang
kemudian dijadikan salah satu metode pendidikan yaitu metode keteladanan yang
bisa diterapkan sampai sekarang dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan.
Sementara itu berkaitan dengan teladan
yang diberikan oleh Rasulullah SAW dalam menjalani hubungan antar sesame manusia
(berakhlak) yaitu bisa dilihat dalam Al-Quran
surat Al-Fath ayat: 29 yang artinya yaitu
sebagai berikut:
“Muhammad itu adalah utusan Allah SWT
yang orang-orang bersamanya adalah keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih
saying terhadap sesama mereka, kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari
karunia Allah SWT …”. (QS. Al-Fath: 29
).
Dalam ayat di atas kita dapat meneladani
bagaimana contoh yang diberikan Rasulullah SAW dalam menjaga hubungannya dengan
sesame muslim yang senantiasa berkasih sayang dan mempererat silaturrahmi atau
ukhwah, dilain pihak Rasulullah SAW juga memperlihatkan betapa kita tidak boleh
bekerja sama (menjalani hubungan kemitraan) yang didasarkan atas kekufuran. Bukan sbaliknya yang bekerja sama dengan
orang-orang kufur dan bermusuhan dengan sesama muslim.
Dalam berlangsungnya proses pendidikan metode keteladanan dapat diterapkan
dalam dua bentuk, yaitu secara langsung (direct) dan secara tidak
langsung (indirect). Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa
penerapan metode keteladanan dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara langsung (
direct) maksudnya bahwa pendidik
benar-benar mengaktualisasikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik bagi
anak didik. Selain secara langsung,metode keteladanan juga dapat diterapkan
secara
tidak langsung (
indirect) yang maksudnya, pendidik memberikan teladan
kepada peserta didiknya dengan cara menceritakan kisah-kisah teladan baik itu
yang berupa riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar, pahlawan dan syuhada,
yang bertujuan agar peserta didik menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai suri
teladan dalam kehidupan mereka.
Berkaitan dengan keteladanan ini, Menurut
Ahmad Tafsir sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya
Ilmu Pendidikan
Dalam Perspektif Islam dijelaskan, bahwa syarat-syarat pendidik dalam
pendidikan Islam salah satunya adalah harus berkesusilaan. Syarat ini sangat
penting dimiliki untuk melaksanakan tugas mengajar.
Hal
ini dikarenakan pendidik tidak mungkin memberikan contoh-contoh kebaikan bila
ia sendiri tidak baik perangainya, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
seorang pendidik baru bisa memberikan teladan yang baik bagi peserta didik jika
dia sendiri telah menghiasi dirinya dengan periku dan akhlak yang terpuji.
Sementara itu Ibnu Sina sebagaimana dikutip
oleh Khoiron Rosyadi dalam karyanya yang berjudul
Pendidikan Profetik lebih jauh menjelaskan bahwa sifat yang
harus dimiliki oleh pendidik adalah sopan santun. Perangai pendidik yang baik
akan berpengaruh bagi pembentukan kepribadian peserta didik. Mereka belum
menjadi manusia dewasa, kepribadiannya masih dalam proses pembentukan dan
rentan akan perubahan-perubahan yang terjadi di luar diri peserta didik.
Pada masa modern sekarang ini terjadi
pergeseran nilai-nilai pada setiap ruas-ruas dan sendi-sendi kehidupan manusia.
Menurut hemat penulis, telah menjadi tugas dan tanggaung jawab bagi pendidik
untuk membentuk generasi-generasi bangsa yang bermoral, berakhlak mulia,
memiliki tutur kata yang bagus dan berkepribadian muslim yaitu dengan memberikan
teladan yang baik yang sesuai dengan tujuan dasar pendidikan Islam itu sendiri.
Dari serangkaian pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa metode uswah
adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi contoh-contoh
(teladan) yang baik yang berupa prilaku nyata, khusunya ibadah dan akhlak. Keteladan
merupakan pendidikan yang mengandung nilai pedagogis tinggi bagi peserta didik.
Dengan kepribadian, sifat, tingkah laku dan pergaulannya dengan sesama manusia
Rasulullah SAW benar-benar merupakan interpretasi praktis dalam kehidupan nyata
dari hakikat ajaran yang terkandung dalam Al-quran, yang melandasi pendidikan
Islam yang terdapat di dalam ajarannya.
- Urgensi
Keteladanan dalam pendidikan Islam
Sebagai suatu metode pendidikan metode keteladanan dapat diterapkan dalam
upaya mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu dengan adanya keteladanan dari
seorang pendidik kepada peserta didik. Metode keteladanan mempunyai peranan
besar dalam menunjang terwujudnya tujuan pendidikan Islam terutama pendidikan
ibadah, akhlak dan lain-lain.
Sementara itu berkaitan dengan urgensi metode keteladanan Imam Bawani
sebagai mana yang dinukilkan oleh Armai Arief dalam bukunya Pengantar Ilmu
dan Metodologi Pendidikan Islam mengatakan
bahwa, diantara faktor yang menunjang keberhasilan pendidikan pesantren adalah:
Pertama, terwujudnya keteladanan pada pribadi seorang pendidik
(kiyai). Dalam hal ini bisa dilihat
seorang kiyai atau pimpinan pesantren terutama memiliki kepribadian yang mulia,
sehingga dia diharagai dan kapasitasnya sebagai seorang kiyai senantiasa
membuatnya selalu menjadi sosok yang dijadikan panutan dilingkungannnya,
terutama bagi anak didiknya. Nah hal ini sering berbanding terbalik dengan guru
pada lembaga pendidikan pada umumnya, yang kurang memiliki kharismatik, hal ini
tidak terlepas dari kenyataan bahwa banyak guru atau pendidik yang kurang mampu
memberikan teladan kepada orang-orang disekitarnya.
Kedua, dilingkungan pesantren terciptanya relasi yang harmonis baik antara
kiyai dengan kiyai maupun antara kiyai dengan peserta didik (santrinya). Dalam hal ini bisa
dilihat bagaimana keterikatan emosional yang tercipta antara seorang kiyai
dengan kiyai yang lain yang senatiasa saling menghargai, begitu juga dengan
hubungan antar santri dengan sesama santri dan juga antara santri dengan kiyai,
meskipaun sang kiyai tidak bertugas untuk mengajar dikelas santri bersangkutan
namun rasa hormat yang dimiliki oleh seorang santri kepada kiyai tersebut sama
dengan rasa hormat yang diberikan kepada kiyai yang bertugas menagjar dikelasnya.
Nah kenyataan seperti ini juga jarang didapatkan di lembaga pendidikan pada
umumnya.
Ketiga, mencuatnya atau munculnya kematangan alumni pesantren untuk
terlibat dalam kegiatan peribadatan ditengah masyarakat. Dalam hal ini bisa dilihat dari bagaimana
ketrlibatan alumni pesantren dalam berbagai kegiatan keagamaan dalam masyarakat
yaitu seperti munculnya seorang alumni yang senantiasa menjadi imam shalat
jama’ah, munculnya alumni yang menjadi khathib pada shalat jum’at, dan dalam
berbagai kegiatan lainnya yang sesuai dengan kemampuan dan spesifikasi ilmunya.
Selain dari itu bisa dilihat bagaimana kepribadian yang ditunjukkan oleh alumni
pesantren ketika dia bergaul ditengah masyarakat yang sangat menampakkan ciri
khas dari background
pendidikan
yang telah dia tempuh, yang berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh alumni
pendidikan lain pada umumnya.
Dari ketiga faktor di atas bisa dilihat bagaimana
urgennya keteladanan dalam merealisasikan tujuan pendidikan Islam terutama
pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak. Jadi menurut hemat penulis hal inilah
yang merupakan faktor pembeda anatara lembaga pendidikan pesantren dengan
lembaga pendidikan pada umunya, dimana di pesantren sangat kental dengan
keteladanan-keteladanan yang baik.
- Kelebihan dan Kekurangan Metode
Keteladanan
Metode keteladanan juga memiliki
kekurangan dan kelebihan sendiri, sebagaimana lazimnya metode-metode
lainnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang praktisi pendidikan Islam
Armai Arif dalam bukunya Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, secara
sederhana berkaitan dengan penerapannya dalam proses pendidikan kelebihan dan
kekurangan metode keteladanan dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut:
- Kelebihan Metode Keteladanan
Sebagaimana metode-metode lainnya,
tentunya metode keteladanan mempunyai beberapa kelebihan tersendiri
dibandingkan metode lainnya. Diantara kelebihan dari metode keteladanan yaitu
sebagai berikut:
a. Metode
keteladanan akan memberikan kemudahan kepada pendidik dalam melakukan evaluasi terhadap
hasil dari proses belajar mengajar yang dijalankannya.
b. Metode
keteladanan akan memudahkan peserta didik dalam mmempraktikkan dan
mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya selama proses pendidikan
berlangsung.
c. Bila
keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
d. Metode keteladanan dapat menciptakan
hubungan harmonis antara peserta didik dengan pendidik.
e. Dengan metode keteladanan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai menjadi lebih terarah dan tercapai dengan baik.
f. Dengan metode keteladanan pendidik secara tidak
langsung dapat mengimplementasikan ilmu yang diajarkannya.
g. Metode keteladanan juga mendorong pendidik
untuk senantiasa berbuat baik karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh peserta
didiknya.
Dari kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan
bahwa metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya
mewujudkan pendidikan Islam, dimana selain diajarkan secara teoritis peserta
didik juga bisa melihat secara langsung bagaimana praktik atau pengamalan dari
pendidiknya yang kemudian bisa dijadikan teladan atau contoh dalam berprilaku
dan mengamalkan atau mengaplikasikan materi pendidikan yang telah dia pelajari
selama proses belajar menganjar berlangsung.
- Kekurangan Metode Keteladanan
Selain mempunyai kelebihan dan keunggulan
dibandingkan dengan metode lainnya, dalam penerapannya metode keteladanan juga
tidak terlepas dari berbagai kekurangan, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a.
Jika dalam proses belajar mengajar figur yang diteladani
dalam hal ini pendidik tidak baik, maka peserta
didik cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik tersebut pula.
b.
Jika dalam proses belajar menganjar hanya memberikan
teori tanpa diikuti dengan
implementasi maka tujuan pendidikan yang akan dicapai akan
sulit terarahkan.
Dari serangkaian kelebihan dan juga
kekurangan yang telah dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa, metode
keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang mempunyai pengaruh dan
terbukti bisa dikatakan efektif dengan berbagai kelebihannya, meskipun juga
tidak terlepas dari kekurangan, dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral,
spiritual dan etos sosial anak. Hal
ini karena pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak didik, yang
tindak-tanduk dan sopan santunnya disadari atau tidak, akan ditiru atau diteladani
oleh peserta didiknya.
Jadi dari kelebihan dan kekurangan diatas dapat terlihat betapa
sentralnya peranan guru dalam hal ini merupakan sosok kunci yang akan
memberikan telardan kepada peserta didik, dan juga sosok yang akan dijadikan
model atu teladan oleh peserta didik, jadui dalam hal ini sukses atau tidaknya
Metode keteladalan dalam suatu pembelajran sangat tergantung pada sosok guru
yang diteladani. Oleh
karena itu, keteladanan yang baik adalah salah satu metode yang
bisa diterapkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini karena
keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai
keberhasilan pendidikan, dan juga dapat memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap nilai-nilai pendidikan Islam terutama pendidikan ibadah dan pendidikan
akhlak.
- Kesimpulan
Dari serangkaian pembahasan mengenai metode keteladanan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
Pendidikan Islam bertujuan untuk membina dan membentuk perilaku atau akhlak
peserta didik dengan cara meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta
pengamalan peserta didik terhadap ajaran Islam. Dalam berlangsungnya sebuah
proses belajar menganjar metode
mempunyai peranan yang sangat penting.
Metode uswah adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi
contoh-contoh (teladan) yang baik yang berupa prilaku nyata, khusunya ibadah
dan akhlak. Metode keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang mempunyai
pengaruh dan terbukti bisa dikatakan efektif dengan berbagai kelebihannya,
meskipun juga tidak terlepas dari kekurangan, dalam mempersiapkan dan membentuk
aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak
Diantara kelebihan dari metode keteladanan yaitu: metode keteladanan akan
memberikan kemudahan kepada pendidik dalam melakukan evaluasi terhadap hasil
dari proses belajar mengajar yang dijalankannya. Metode keteladanan akan
memudahkan peserta didik dalam mempraktikkan dan mengimplementasikan ilmu yang
dipelajarinya selama proses pendidikan berlangsung dan lain-lain.
Sementara itu metode keteladanan juga mempunyai kekurangan diantaranya
yaitu: jika dalam proses belajar mengajar figur yang diteladani dalam hal ini
pendidik tidak baik, maka mereka peserta
didik cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik tersebut pula.
DAFATAR
PUSTAKA
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan
Anak Bangsa, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2005)
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002)
Catatan Perbaikan:
Hal.11 tambahan dari hasil diskusi di
ruang kuliah dengan no. Foot note. 17