KORELATED
CURIKULUM
Oleh: Muhammad
Ramadhan Yusuf Djalil
(R&B)
(Ramadhan
& Brother Shoes)
Jln.
T. Iskandar No. 8 Ulee Kareng Banda Aceh
- Pendahuluan
Dalam kajian pendidikan pembahsan mengenai kurikulum secara umum dan
pengembangan kurikulum secara lebih spesifik menjadi suatu pembahasan aynag
tidak pernah ditinggalkan, hal ini tidak terlepas dari peranan dan fungsi kurikulum
itu sendiri yang sangat vital nan menetukan dalam jalan dan tercapainya tujuan
pendidikan itu sendiri, dengan kurikulum yang baik stiap tujuan yang ingin
dicapai dapai diupayakan terwujud secara lebih maksimal. Sementara itu, lebih
jauh dalam pembahasan tentang kurikulum itu sendiri kita juga menemukan
berbagai pandangan mengenai pengembangan kurikulum baik itu mengenai azas-azas
(landasan) pengembangan kurikulum, macam-macam pendekatan dalam pengambangan
kurikulum, model-model pengambangan kurikulum, termasuk juga pembahasan yang
berkaitan dengan pengorganisasian kurikulum. Organisasi
kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum
program pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Adapun dilihat dari organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk
kurikulum, yakni: (1)
Separated
Subject Curriculum; (2)
Correlated
Curriculum; (3)
Integrated Curriculum. Dalam tulisan singkat dan sederhana ini penulis
ingin mengupas lebih jauh mengenai salah satu bentuk pengoraganisasian
kurikulum yaitu kurikulum korelated
(Correlated Curriculum).
- Pengertian Correlated Curriculum
Correlated berasal
dari kata correlation yang diindonesiakan menjadi kata korelasi yang
artinya yaitu adanya hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Baik itu hubungan yang bersifat timbal balik, sebab akibat, yang secara
kebetulan, maupun hubungan yang disengajakan atau yang dihubungkan.
Dalam implementasinya kurikulum jenis ini, jelas memperlihatkan perbedaan
dengan separated kurikulum, dimana dalam correlated curriculum ini
pembahasan tentang suatu pokok bahasan dihubungkan dengan pokok bahasan lainnya
(yang saling relevan), atau suatu sub pokok bahasan dihubungkan dengan sub
pokok bahasan lainnya yang mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau masalah
yang sama.
Menurut Oemar Hamalik, sebagaimana yang termaktub dalam bukunya yang
berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, beliau menjelaskan bahwa Correlated
kurikulum yaitu: pengorganisasian kurikilum yang mengedepankan korelasi
antara mata pelajaran, sebagai upaya untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan
sebagai akibat dari pemisahan mata pelajaran.
Langkah yang ditempuh dalam mewujudkan upaya ini yaitu menyampaikan pokok-pokok
bahasan yang saling berkorelasi untuk memberikan kemudahan kepada siswa untuk
memahami pelajaran terkait.
Contoh kongkrit dari implementasi pengoraganisasian kurikulum jenis ini
yaitu dalam pengajaran ilmu ekonomi dan ilmu sejarah, masing-masing diberikan
dalam waktu yang berbeda, tetapi isi/materi dikaitkan dengan hal (permasalahan
yang sama). Selain itu bisa juga ditempuh dengan cara lain yang bertujuan sama
yaitu misalnya ketika guru menjelaskan suatu topik dalam mata pelajaran sejarah
maka dia kaitkan dengan permasalah yang sama yang berkaitan dengan ilmu
ekonomi. Dalam contoh yang lebih jelas kita misalkan dalam pembahasan mengenai
penyebab kemiskinan maka dijelaskan menurut tinjauan dari perspektif ekonomi
dan juga dari perspektif sejarah.
Sementara menurut Syafruddin Nurdin sebagaimana yang tertulis dalam bukunya
yang berjudul Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, beliau
menjelaskan bahwa Correlated Curriculum yaitu bentuk kurikulum yang
menunjukkan adanya suatu korelasi antara mata pelajaran yang satu dengan mata
pelajaran yang lain. Namun demikian dalam kurikulum jenis correlated
curriculum ini tetap memberikan penekanan terhadap karakteristik/ciri
masing-masing bidang studi/mata pelajaran tersebut.
Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa dalam correlated curriculum ini
mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, namun antara mata
pelajaran-mata pelajaran yang mempunyai kedekatan atau mata pelajaran yang
sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi yang disitilahkan
dengan broad field, sebagai contoh misalnya ilmu sejarah, ekonomi, dan
sosiologi digabung menjadi bidang studi IPS (ilmu pengetahuan sosial), begitu
juga dengan mata pelajaran biologi, kimia, fisika digabung menajdi bidang studi
IPA (ilmu pengetahuan alam).
Berkaitan dengan pengkorelasian antara materi kurikulum atau bahan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan (aprroach), di antaranya
yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan fungsional.
Dalam pendekatan fungsional ini penggabungan
antara materi didasarkan pada fungsi atau kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Didasarkan pada pendekatan tersebut maka suatu topik disajikan tidak didasarkan
pada mata pelajaran tertentu, akan tetapi didasarkan pada apa yang dirasa perlu
untuk kehidupan peserta didik. Kemudian topik tersebut dikaji melalui berbagai
mata pelajaran, misalnya masalah kemiskinan maka dibahas dari perspektif
ekonomi, sosial, sejarah dan lain-lain yang berkaitan dengan kemiskinan itu
sendiri.
2. Pendekatan struktural.
Dengan
pendekatan struktural ini sutu topik kajian ditinjau dari beberapa mata
pelajaran sejenis. Misalnya kajian tentang suatu topik kebudayaan maka ditinjau
dari kajian ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi dan lain-lain.
3. Pendekatan daerah.
Pada pendekatan ini maka suatu topik yang dikaji
didasarkan pada lokasi atau tempat. Misalnya kajian tentang ibukota maka
ditinjau dari keadaan ekonomi, iklim, politik, sejarah, sosial budaya dan lain
sebagainya.
Sementara itu menurut Syafruddin Nurdin Correlated
curriculum ini dapat diimplementasikan dengan beberapa cara, diantaranya
yaitu:
1. Insidental, yaitu pengkorelasian secara kebetulan. Artinya
secara kebetulan terdapat korelasi antara mata pelajaran yang satu dengan mata
pelajaran yang lainnya. Misalnya bidang studi IPS disinggung tentang sejarah,
ekonomi, sosiologi dan lainnya.
2. Hubungan yang lebih erat, misalnya suatu
topik pembahasan dibahas dalam berbagai bidang studi. Implemetasi dari cara ini
bisa dilihat misalnya dalam mengkaji persoalan kemiskinan, maka dikaji dalam
mata pelajaran sejarah, ekonomi, hukum dan lain sebagainya.
3. Batas antar mata pelajaran disatukan dan
difungsikan, yaitu dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran
tersebut, yang distilahkan dengan broad field.
Dalam perkembangan selanjutnya, dengan sedikit berbeda H. Dakir dalam
bukunya Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum menjelaskan bahwa dalam correlated
curriculum ini korelasi bidang studi (broad field) itu bisa
dikatagorikan menjadi dua jenis yaitu: korelasi antara pokok bahasan atau
korelasi antar sub pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis dan korelasi
antar pokok bahasan diluar bidang studi yang tidak sejenis.
Secara lebih jelas kedua jenis korelasi tersebut bisa dicontohkan yaitu
sebagai berikut:
1. Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi
yang sejenis, misalnya:
a. Bidang
studi kesenian, yang merupakan gabungan dari seni tari, seni rupa, seni
suara, seni lukis dan lain-lain.
b. Bidang studi bahasa, yang
merupakan kombinasi dari mata pelajaran membaca, menulis, tata bahasa dan
pengetahuan kebahasaan lainnya.
c. Bidang
studi Ilmu Pengetahuan Alam, yang terdiri dari ilmu biologi, ilmu kimia,
ilmu kesehatan dan lain-lain.
d. Bidang
studi Ilmu Sosial, yang merupakan penggabungan dari ilmu sejarah, politik,
ekonomi, sosiologi dan lain sebagainya.
e. Bidang
studi Metematika, yang merupakan peleburan dari ilmu aljabar, berhitung,
statistik dan lain-lain.
f.
Bidang studi olah raga, yang meliputi
bagian mata pelajaran atletik, senam, tinju dan lain-lain.
2.
Korelasi antar pokok bahasan diluar bidang studi (yang tidak sejenis), misalnya
pembahsan tentang candi, yang dibahas dengan berbagai bidang kajian, yaitu:
a. Letak candi, yang dibahas dari perspektif ilmu
astronomi.
b. Bentuk candi, yang
dibahas dengan kajian arsitektur.
c. Pemilihan batu untuk
candi, yang dibahas oleh ilu alam, dan lain-lain.
Jadi secara umum bisa dikatakan bahwa dalam
jenis kurikulum korelated ini isi dari kurikulum (pokok bahasan) disajikan
dengan cara saling berkaitan baik yang masih berada dalam satu biodang studi
maupun yang berasal dari bidang studi yang berbeda tetapi masih mempunyai
kerelasi, sehingga dalam pembahasannya bisa saling mendukung.
- Kelebihan
dan Kekurangan
Seperti halnya jenis (pengorganisasian)
kurikulum lainnya, correlated curriculum juga mempunyai beberapa kelebihan
atau keunggulan dibandingkan dengan jenis kurikulum lainnya, meskipun demikian
jenis kurikulum ini juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan
jenis kurikulum ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelebihan Correlated
currriculum.
Di antara beberapa kelebihan Correlated
curriculum yaitu sebagai berikut:
- Jenis
Correlated currriculum ini menunjukkan adanya integrasi pengetahuan
kepada siswa, hal ini ditunjukkan dalam implementasinya kurikulum ini mata
pelajaran disajikan dan dikaji dari berbagai disiplin atau berbagai bidang
ilmu.
- Dengan
adanya pengkajian suatu topik dari berbagai bidang studi, maka pengetahuan
dan pemahaman siswa akan lebih mendalam dengan penguraian dan tinjauan
lebih dari perpektif ilmu.
- Correlated
currriculum ini juga memberikan kemungkinan untuk menggunakan ilmu
pengetahuan secara lebih fungsional.
- Selain itu
kelebihan jenis pengorganisasian kurikulum dengan bentuk Correlated
currriculum juga dapat meningkatkan minat siswa terhadap apa yang
dikaji karena adanya korelasi antar berbagai bidang studi.
2.
Kekurangan Correlated currriculum.
Selain mempunyai beberapa keunggulan seperti yang telah di uraikan diatas correlated
curriculum juga juga tidak terlepas dari beberapa kelemahan, di antaranya
yaitu sebagai berikut:
a. Guru akan kesulitan dalam menjalankan
jenis kurikulum ini, hal ini dikarenakan oleh kenyataan bahwa ada di antara
para guru yang tidak atau kurang mampu menguasai antar disiplin ilmu, sehingga
berimplikasi pada mengaburkan pemahaman siswa.
b. Pengetahuan yang diberikan kurang
sistematis dan juga kurang mendalam pada berbagai bidang studi.
c.
Urutan penyusunan dan penyampaian bahan (topik)
tidak tersusun secara sitematis.
Sementara ditempat lain, berkaitan dengan
kelebihan dan kekurangan jenis correlated curriculum ini H. Dakir dalam
bukunya Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum menjelaskan bahwa:
1.
Kelebihan correlated curriculum ini yaitu
sebagai berikut:
a.
Ditinjau dari aspek pencapaian tujuan pengajaran
maka correlated curriculum bisa lebih mudah untuk memecahkan masalah
secara utuh karena menggunakan berbagai tinjauan.
b.
Bahan pembelajaran dapat disusun secara
fleksibel, sumber bahan tidak terbatas dan penyusunan bahan tidak terpaku pada
suatu bidang pengetahuan.
c.
Pembelajaran tidak membosankan, hal ini dikarenakan
dalam mengkaji suatu topik tidak hanya dibahas dari satu tinjauan.
d.
Dalam hal mengevaluasi, maka tidak hanya bisa
dievaluasi hasil pembelajaran tapi juga dapat dilakukan evaluasi proses.
e. Guru bisa lebih bebas untuk berkreasi,
baik dalam menggunakan metode maupun pendekatan dalam proses belajar mengajar.
f. Suatu topik yang dibahas bisa lebih
terkesan pada peserta didik, hal ini dikarenakan pembahasannya tidak hanya
terpaku pada satu tinjauan tertentu.
2.
Kelemahan correlated curriculum ini yaitu
sebagai berikut:
a. Ditinjau
dari aspek pencapaian tujuan pembelajaran dengan kurikulum ini kadang kala
dalam penjelasan setiap topik menjadi kabur hal ini dikarenakan dalam
menjelaskan suatu topik tidak dilakukan secara mendetail.
b. Penyampaian
bahan atau materi ajarnya tidak dilakukan secara sistematis.
c. Kadang
kala guru tidak bisa mengaplikasikan (menjalankan) kurikulum ini secara
sempurna, hal ini dikarenakan guru dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang
luas yang mencakup banyak bidang studi.
d.
Bagi
peserta didik penggunaan kurikulum jenis ini mengakibatkan kurang mempunyai
pengetahuan yang mendalam dalam suatu bidang studi tertentu.
- Kesimpulan
Dari pembahsan di atas dapat disimpulkan bahwa Correlated curriculum
adalah bentuk
kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap
mata pelajaran tersebut.
Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pertama, dalam satu bidang studi. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung
tentang mata pelajaran biologi, kimia, fisika dan sebagainya. Kedua,
menghubungkan antar pokok bahsan yang berasal dari bidang studi yang berbeda.
Misalnya masalah candi yang dikaji dari perpektif ilmu bumi berkaitan dengan
letaknya, Bentuk candi, yang dibahas dengan kajian arsitektur, serta pemilihan
batu untuk candi yang dibahas oleh ilmu alam dan lain-lain.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai
beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara
lain: (1) Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang
mana dalam mbahsa sautu topik dikaji dari berbagai bidang dan disiplin ilmu;
(2) Dapat menambah minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai
mata pelajaran; (3) Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah
dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran, dan
lain-lain.
Selain correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain: (1) Bahan
yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat
peserta didik; (2) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang
sistematis pada berbagai mata pelajaran; (3) Urutan penyusunan dan penyajian
bahan tidak secara logis dan sistematis; (4) Kebanyakan di antara guru kurang
menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik
atau siswa dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Kencana Prinada
Media Group, 2005