NABI MUHAMMAD
SEBAGAI PEMIMPIN
Oleh: Muhammad
Ramadhan Yusuf Djalil
(R&B)
(Ramadhan
& Brother Shoes)
Jln.
T. Iskandar No. 8 Ulee Kareng Banda Aceh
BAB
I PENDAHULUAN
Rasulullah SAW tidak lain merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang diutus
Allah SWT untuk ummat manusia, Allah SWT membekali Rasulullah SAW dengan
segenap kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, dengan keistimewaan yang
melekat pada dirinya Rasulullah SAW mengemban tugas yang diberikan Allah SWT
kepadanya dengan sempurna. Sepanjang hidupnya tiada cela, melainkan yang
melekat dalam dirinya yang ada hanyalah suri tauladan yang patut diteladani dan
dijadikan pedoman hidup oleh ummat manusia. Sebagaimana yang telah ditegaskan
oleh Allah dalam surat Al Ahzab ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu ( QS.33:21 )
Statemen itu merupakan sebuah keniscayaan yang harus kita yakini bahwa kita
sebagai umatnya harus meneladaninya semaksimal mungkin, dalam hal melaksanakan
apa yang diperintah dan meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya. Hal ini juga
senada dengan apa yang diungkapkan oleh Robert N. Bellah yang dikutip oleh Emha
Ainun Najib bahwa Generasi yang terbaik yang pernah ada didunia ini adalah
Generasi Nabi Muhammad dan para Sahabat.
Kemudian bagaimanakah Kehidupan Rasul itu, Bagaimana Rasulullah dalam
memimpin Agama?, apa saja yang dijalankan Rasulullah SAW sebagai pemimpin Agama? Kemudian hal apa saja yang
melatar belakangi Rasulullah SAW dan sahabatnya memilih hijrah dari Makkah ke
Madinah? Serta bagaimana penerimaan orang Madinah terhadap kedatangan
Rasulullah SAW dan pengikutnya?, Pemakalah mencoba untuk menyampaikannya dalam
makalah ini sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang pemakalah miliki.
BAB
II MUHAMMAD S.A.W SEBAGAI PEMIMPIN
AGAMA
Kelahiran Rasulullah SAW
Berdasarka catatan sejarah dapat diketahui bahwa Nabi
Muhammad SAW lahir di keluarga Bani Hasyim di Makkah, pada Senin pagi, 12
Rabi’ul Awwal, permulaan tahun gajah, bertepatan 20 atau 22 April 571 M.
Seperti yang telah diketahui bahwa semasa beliau masih dalam
kandungan Ibunya Aminah, ayah Muhammad, Abdullah telah terlebih dahulu
meninggal dunia. Dan setelah lahir, ia sempat disusui beberapa hari oleh
Tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab. Selanjutnya, Abdul Muthallib kembali mencari
perempuan lain yang bisa menyusui Muhammad kecil. Dia meminta Keluarga (Bani)
Sa’ad yaitu Halimah binti Abi Dhzua’ib, dengan didampingi suaminya Al-Haritsh
bin Abdil Uzza yang bergelar Abu Kabsyah dari kabilah yang sama. Muhammad kecil
tinggal di tengah-tengah Bani Sa’d sampai usia 4 atau 5 tahun.
Dan bersama keluarga ini pula terjadi peristiwa
pembedahan terhadap
diri Muhammad oleh Malaikat Jibril.
Ketika menginjak usia 6 tahun, ibunya Aminah meninggal dunia.
Selanjutnya ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muthallib. Tepat diusia 8 tahun sang
kakek juga meninggal, dan ia pun harus diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
Lantaran kondisi ekonomi pamannya yang memprihatinkan, Muhammad kecil terpaksa
harus mengembalakan kambing keluarga dan penduduk Makkah dengan imbalan
beberapa dinar.
Memasuki usia 25 tahun, Muhammad berdagang ke Syam membawa
barang-barang milik Khadijah binti Khuwailid, perempuan terpandang, pedagang
kaya raya yang berasal dari Bani Asad. Khadijah mendengar akhlak mulia tentang
kepribadian Muhammad, maka dia meminta Muhammad untuk menjalankan daganggnya ke
negeri Syam. Bahkan Khadijah siap member imabalan lebih daripada pekerja
lainnya. Muhammad pun menerima tawaran tersebut dan pergi didampingi seorang
pembantu bernama Maisarah. Dan tak berapa lama setelah itu Muhammad akhirnya
menikah dengan Khodijah sendiri. Acara pernikahan terjadi 2 bulan sepulangnya
Muhammad dari Syam.
Sangat mudah kita temukan dalam berbagai
catatan sejarah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW diangkat menjadi nabi pada
sa’at Beliau (Rasulullah Muhammad SAW) genap berusia empat puluh tahun, hal ini
ditandai dengan turunnya wahyu pertama ketika Rasulullah SAW sedang berada
digua hira tepatnya pada bulan Ramadhan tahun ketiga dari masa pengasingan Nabi
di gua hira.
di waktu dunia sedang diliputi oleh kabut
kesesatan dan umat manusia sedang berada dalam lembah kebiadaban yang sukar
untuk ditolong, di saat itulah Allah menurunkan tanda diutusnya Nabi Muhammad.
Demikianlah Sunatullah jika dunia sedang tenggelam dalam kebejadan maka Allah
menolong dengan mengutus seorang Nabi.
A.
Muhammad S.A.W Sebagai Pemimpin Agama
Kepemimpinan Rasul di Makkah
Sebagai seorang utusan Allah SWT, sudah
tentu Rasulullah Muhammad SAW. menjadi penyebar ajaran-Nya kepada umat manusia
sekaligus merupakan pemimpin Agama yang membawa manusia kejalan yang diridha
Allah SWT. Kegiatan penyampaian wahyu dan ajakan beriman kepada Allah biasanya
disebut dakwah. Beliau melaksanakan fungsi dakwah ini tidak kurang dari 23
tahun yang berlangsung dengan cara sir selama tiga tahun pertama dan selebihnya
dilakukan secara terang-terangan.
Adapun wahyu pertama yang memerintahkan
Rasulullah SAW untuk (berdakwah) menyeru ummat manusia untuk mengikuti jalan
yang telah ditunjukkan Allah SWT yaitu
terdapat dalam Al-Quran surat
Al-Mudatsir yaitu :
يايها المدثر ( ) قم فانذر ( ) وربك
فكبر ( ) وثيابكز فطهر ( ) ورجز فاهجر ( ) ولا تمنن تستكثر ( ) ولربك فاصبر ( )
Artinya : “
Hai
orang-orang yang berselimut, Bangunlah lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu
agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah! Dan perbuatan dosa tinggalkanlah! Dan
janganlah kamu memberi dengan mengharap balasan yang lebih banyak! Dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah!
(Al-Mudatsir : 1-7)
Periode (marhalah) dakwah
1.
Dakwah di Mekkah
Pada saat Muhammad
lahir hingga ketika diangkat menjadi Rasul, beliau tinggal di tengah-tengah
kaum Quraisy Makkah. Makkah merupakan pusat kegiatan keagamaan bangsa Arab. Di
sana para penduduk Makkah melakukan berbagai peribadatan di sekeliling
Ka’bah dengan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan
seluruh bangsa Arab kala itu. Dengan kondisi seperti ini, tidak mudah bagi Nabi
Muhammad SAW menyampaikan pesan wahyu ke seluruh umat kala itu.
Untuk menghadapi kondisi
seperti ini, maka pola penyebaran dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah
dengan bertahap sesuai situasi dan kondisi yang menyertainya kala itu, yakni: tahap
rahasia (sembunyi-sembunyi) dan tahap terang-terangan dan terbuka.
a. Tahap rahasia (sembunyi-sembunyi).
Pada awal turunnya wahyu pertama, pola dakwah yang dilakukan
adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosiopolitik yang belum
stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya.
Rasulullah SAW mulanya hanya mendakwahkan
islam kepada kerabat-kerabat dan sahabat dekatnya. Beiau menyerukan mereka
untuk mengikuti jalannya (ajarannya) selain itu Rasulullah SAW juga menyerukan
kepada orang-orang yang sudah dikenalnya secara baik dan juga mereka mengenal
Rasulullah SAW dengan baik, umumnya mereka yang diseru oleh Rasulullah SAW
adalah orang-orang yang cinta kepada kebajikan, kebenaran dan kejujuran. Mereka
semua yang diseuru itu menerima ajakan Rasulullah SAW dengan terbuka karena
mereka tidak pernah meragukan apa yang diserukan oleh Rasulullah SAW
sedikitpun.
Mula-mula Rasulullah
menyampaikan
risalah ilahi kepada istrinya Khadijah yang merupakan
orang yang pertama sekali memeluk agama Islam dari kalangan perempuan, kemudian
diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib yang merupakan orang yang
pertama sekali memeluk agama Islam dari kalangan anak-anak dan Zaid bin
Haritsah yang merupakan orang yang pertama sekali memeluk agama Islam dari
kalangan budak.
Mereka inilah dalam
sejarah Islam disebut dengan
Assabiqunal Awwalun.
Abu bakar sangat semangat dalam berdakwah kepada Islam, dia
merupakan sosok lelaki yang lemah lembut, yang dikenal dengan akhlaknya yang
mulia. Kaumnya suka mendatangi Abu Bakar dan sangat dicintai oleh kaumnya,
karena beliau merupakan orang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi selain itu
beliau juga merupakan orang yang sukses dalam berdagang serta senantiasa
memperlakukan orang-orang disekitarnya dengan baik, sehingga dalam kebersamaan
tersebut Abu Bakar menyeru orang-orang yang dekat dengannya untuk memeluk agama
Islam. Dalam waktu yang tidak begitu lama beliau berhasil mengajak beberapa
orang shahabat yang juga sangat terkenal seperti Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas serta Thalhah bin Ubaidillah
At-Taimi.
Bahkan lebih jauh dari itu dijelaskan selama periode ini
Rasulullah SAW dan sahabat yang telah memeluk agama Islam menghadapi berbagai
tantangan yang berupa penyiksaan, seperti yang dihadapi oleh Ammar dan kedua
orang tuanya yang disiksa oleh abu jahal yang akhirnya sumayyah ibu dari amar
syahid setelah disiksa oleh abu jahal, penyiksaan seperti ini juga dialami oleh
Bilal. Sehingga akhirnya Abu Bakar juga berinisiatif untuk membeli budak-budak
seperti Bilal bin Rabbah, Amir bin Fuhairah, zanirah dan yang lainnya yang
kemudian dimerdekakan oleh Abu Bakar.
Dakwah dengan cara seperti ini berlangsung selama tiga tahun
semenjak awal kerasulan Muhammad SAW. Selama jangka waktu tersebut telah
terbentuk sekelompok orang mukmin yang senantiasa memperkokoh tali persaudaraan
dengan saling tolong menolong.
Tahapan dakwah dengan cara sir seperti ini dijalankan oleh
Rasulullah SAW sampai turunnya perintah kepada Rasulullah SAW untuk melakukan
dakwa secara terbuka yaitu ditandai dengan datangnya perintah kepada Rasulullah
SAW untuk menjelaskan kebatilan dengan menghancurkan berhala-berhala sesembahan
kaum musyrikin.
b. Tahap terang-terangan
(secara terbuka)
Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga
tahun, sampai turun wahyu berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka
dan terang-terangan yaitu Al-Quran surat
Asy-syu’ara ayat 214 yang berbunyi:
وانزر عشيرتك الأقربين.
Artinya :dan berilah peringatan
kepada kerabatmu yang terdekat. (Qs. Asy-Syu’araa: 214)
Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga
dekatnya untuk berkumpul di Bukit Shafa, menyerukan masyarakat Quraisy untuk
mengimani keesaan Allah SWT. Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan
oleh Rasulullah seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk
meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut,
banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. Ironisnya, ditengah dakwah yang
mulai dilakukan oleh Rasulullah SAW secara-terang terangan Rasulullah SAW
menghadapi pamannya yaitu Abu Jahal yang menentang dakwah beliau sera berkata
“Celakalah engkau wahai Muhammad, apakah hanya untuk persoalan seperti ini
engkau mengundang kami?” lalu turunlah wahyu dari Allah SWT berkenaan dengan
hal ini yaitu dalam Al-Quran surat Al-Lahab yang artinya :”celakalah kedua
tangan abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hasil seruan dakwah
secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat dan kaum sekitar,
kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka, Rasulullah
mengubah strategi dakwahnya yang lebih luas mencakup uman manusia secara keseluruhan.
Selanjutnya, seruan beliau kepada ummat agar beriman semakin
bergema di seantero Makkah hingga kemudian turun ayat Al-Quran surat Al-Hijr : 94 yang artinya sebagai
berikut:
“maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala
apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik” (Qs.Al-Hijr:94)
Maka bergegaslah Rasulullah SAW untuk menyerang berbagai
khufarat dan berbagai kebohongan syirik, menjelaskan kedududkan berhala yang
tidak ada apa-apanya yang tidak berdaya,
yang disertai dengan penjelasan bahwasanya siapa saja yang menyembah berhala
mereka itu sesungguhnya berada dalam kesesatan yang nyata.
B.
Tantangan yang Dihadapi Muhammad S.A.W Sebagai
Pemimpin
Agama
Sebenarnya, posisi Nabi Muhammad SAW di tengah-tengah penduduk
Makkah begitu mulia. Selain lantaran semasa hidupnya dikenal cerdas, jujur, dan
lemah lembut, dia juga berasal dari keturunan yang terpandang yang menempati
puncak yang tinggi. Beliau dari keluarga Hasyim, juru kunci ka’bah dan penguasa
urusan air penduduk Makkah. Gelar-gelar keagamaan yang tinggi-tinggi ada pada
mereka. Walau begitu bukan berarti beliau terbebas dari gangguan dan ancaman
selama menjalankan misi dakwah islamiyahnya.
Namun demikian dalam menjalankan misinya dalam berdakwah
Rasulullah SAW menghadapi berbagai tantangan dari kaum quraisy diantaranya
berupa ejekan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk
mengecutkan mental dari Rasulullah SAW dan para pengikutnya, bahkan secara
berlebihan mereka menyebutkan Rasulullah SAW sebagai orang gila.
Selain itu mereka juga mengajukan berbagai
argumentasi untuk menimbulkan keraguan terhadap ajaran yang dibawakan oleh
Rasulullah SAW. Hal ini jelas tersurat dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 4 yang artinya sebagai berikut: “Dongeng-dongeng
orang terdahulu, dimintanya untuk dituliskan, maka dibacakanlah dongeng itu
kepadanya setiap pagi dan petang’’. (Qs. Al-Furqan: 4)
Intinya berbagai
ancaman, gangguan dan hinaan yang datang bertubi-tubi dari kaum kuffar dan
musyrikin senantiasa mewarnai perjalanan dakwah Rasulullah SAW bersama kaum
muslimin. Para bangsawan Quraisy dan hartawan yang gemar bersenang-senang mulai
merasakan bahwa ajaran Muhamamad merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka.
Jadi yang mula-mula mereka lakukan ialah menyerangnya dengan cara
mendeskreditkannya dan mendustakan segala apa yang dinamakannya kenabian itu.
Namun karena Rasulullah SAW selalu dalam perlindungan Bani Hasyim dan Bani Al
Muthallib, ditambah lagi dengan keislaman Hamzah bin Abi Thalib, paman dan saudara
sesusu Nabi yang setia melindunginya, membuat pemuka-pemuka Quraisy itu
berfikir dua kali untuk membunuh Nabi Muhammad.
Hal ini ditambah
lagi oleh kenyataan bahwa beberapa waktu kemudian, seorang tokoh yang dikenal
keras dan berani dikalangan kafir Quraisy,
yaitu Umar bin Khattab telah membelot
untuk mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, yang akhirnya
berimplikasi sanagat fatal pada kekuatan quraisy yang semakin melemah, dan
pengaruhnyapun semakin berkurang kala itu.
C. Hal-hal yang Melatar Belakangi Hijrah dan
Penerimaan Orang
Madinah Terhadap Rasul
1.
Hijrah ke Habsyah
Kenyataan yang
terjadi dimana Umar bin Khattab telah membelot untuk mengikuti ajaran yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW membeuat kaum musyrikin berang. Sehingga kaum musyrikin
Quraisy tak pernah tinggal diam, hari demi hari gangguan itu makin
menjadi-jadi, sampai-sampai ada kaum muslimin yang dibunuh, disiksa, dan
semacamnya. Maka strategi Muhammad menyelamatkan umatnya adalah dengan
menyarankan mereka supaya tinggal berpencar-pencar. Sebagian mereka yang
dipimpin oleh Jakfar bin abi thalib disuruh hijrah ke Habasyah dimana diwilayah
tersebut terdapat raja yang tidak pernah menyakiti rakyatnya yaitu raja Najasyi
yang bahkan juga memberikan perlindungan kepada kaum muslimin yang hijrah
kesan. Hal ini ditandai dengan penolakan oleh Najasyi terhadap permintaan
orang-orang kafir quraisy untuk mengekstradisi kaum muslimin yang mencari
suaka.
Dalam sejarah
tercatat bahwa kaum muslimin telah melakukan dua kali hijrah ke negeri
tersebut. Bahkan sebagiannya malah ada yang bermukim di sana sampai sesudah
hijrah Nabi ke Yatsrib.
2.
Hijrah ke Yatsib (Madinah)
Ketika pamannya Abu Thalib meninggal,
hubungan Nabi Muhammad dengan pihak Quraisy lebih buruk lagi dari yang
sudah-sudah. Lalu disusul pula dengan kematian Khadijah yang menjadi sandaran
Muhammad, membuat beliau begitu terpukul dan berduka. Pihak Quraisy sepertinya
sudah tidak terlalu segan lagi untuk membunuh Nabi Muhammad SAW bila ada
kesempatan. Diantara orang yang sangat keras dalam melakukan intimidasi
terhadap Rasulullah SAW dan pengikutnya yaitu Pamannya sendiri yang bernama Abu
Lahab bersama istrinya, selain itu juga termasuk Abu Jahal serta Uqbah bin
Mu’ith.
Dan dengan alasan ini pulalah beberapa
tahun setelah kematian Paman dan Istrinya itu membuat Rasulullah memutuskan
untuk melakukan hijrah ke Yastrib, dimana sebelumnya dakwah Nabi SAW telah
sampai di sana dan diterima oleh sebagian penduduknya dengan baik. Dan dari
tanah Yatsrib ini pulalah kejayaan Islam memasuki babak baru.
3.
Hal yang Melatar Belakangi Penerimaan Orang Madinah Terhadap Dakwah
Rasulullah SAW.
Diantara
faktor-faktor pendukung yang memudahkan Rasulullah SAW memasuki madinah untuk
menyiarkan agama islam yaitu sebagai berikut:
a.
Orang-orang
madinah pada dasarnya merupakan orang yang paling dekat dengan agama samawi,
hal ini dikarenakan mereka banyak mendengar dan berdekatan dengan orang-orang
yahudi.
b.
Orang-orang
yahudi dimadinah sering mengancam masyarakat disana tntang akan semakain
dekatnya dibangkitkannya seorang nabi, seraya menggancam akan mengusir mereka
jika sampai mengikuti ajaran yang dibawakan oleh nabi tersebut (Rasulullah
SAW).
Orang-orang
madinah terdiri dari suku Aus dan Khazraj yang saling bermusuhan, hal ini juga
menyebabkan mereka berlomba-lomba bergabung dengan kaum muslimin dengan harapan
agar menjadi lebih kuat dari yang lainnya.
PENUTUP
KESIMPULAN
Rasulullah SAW
dilahirkan dari pasangan Abdullah dan Aminah pada senin pagi, 12 Rabi’ul Awwal,
permulaan tahun gajah. Rasulullah SAW menjadi nabi pada sa’at berusia empat
puluh tahun. Kegiatan dakwah Rasulullah SAW tidak kurang dari 23 tahun yang
berlangsung dengan cara sir selama tiga tahun pertama dan selebihnya dilakukan
secara terang-terangan. Dalam berdakwah Rasulullah SAW menghadapi berbagai
tantangan dari kaum quraisy diantaranya berupa ejekan, olok-olok dan
penertawaan, bahkan ancaman pembunuhan. Strategi Muhammad menyelamatkan umatnya
adalah dengan menyarankan mereka supaya tinggal berpencar-pencar, sebagian
mereka yang dipimpin oleh Jakfar bin abi thalib disuruh hijrah ke Habasyah.
Setelah kematian
Paman dan Istrinya keadaan makin mencekam, dan Rasulullah pun memutuskan untuk
melakukan hijrah ke Yastrib (Madinah), dimana sebelumnya dakwah Nabi SAW telah
sampai di sana dan diterima oleh sebagian penduduknya dengan baik. Diantara
faktor-faktor pendukung yang memudahkan Rasulullah SAW memasuki madinah untuk
menyiarkan agama islam yaitu orang-orang madinah pada dasarnya merupakan orang
yang paling dekat dengan agama samawi, orang-orang yahudi dimadinah sering
mengancam masyarakat disana bahwa akan mengusir mereka jika sampai mengikuti
ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Orang-orang madinah terdiri dari suku
Aus dan Khazraj yang saling bermusuhan, hal ini juga menyebabkan mereka
berlomba-lomba bergabung dengan kaum muslimin dengan harapan agar menjadi lebih
kuat dari yang linnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Syalabi, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta, Al-Husna Zikra, 2000
Ahmad al-Usairy, SEJARAH ISLAM, Sejak Zaman
Nabi Adam Hingga Abad XX: Jakarta, Akbar, 2003
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: Raja wali Press, 2006
Depag, Alquran dan terjemahan, Surabaya:
Mahkota,1989
Kamaruzzaman, Relasi Islam dan Negara, Indonesia Tera, Magelang,
2001.
Misri A. Muchsin, Dinamika Sejarah Politik
Islam Dalam Periode Awal: Banda Aceh, Ar-Raniry Press, 2007
Muhammad Quthb, Perlukah menulis ulang sejarah
Islam?, Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Muhammad Sayed Al-Wakil, Wajah Dunia Islam,
Jakarta: Pustaka Alkautsar, 1998.
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, SIRAH
NABAWIYAH, Jakarta: Al-Kautsar, 2007
Tahia
Al-Isma’il, TARIKH MUHAMMAD SAW, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996 Depag,